Rabu, 12 Oktober 2016
6.45 PM
6.45 PM
Malam ini aku sangat
lapar sekali, aku pun mengajak Dodit dan Veren untuk mencari makan. Kami
biasanya membeli makan di warungnya pok Inem, selain murah buat kantong anak
kos sepertiku, masakan pok Inem juga tida kalah enak dengan masakan Pak chef
yang ada di Hotel Bintang Lima “ mau makan apa le ?” tanya pok Inem. “
biasanya ajah pok” kata Dodit diiringi dengan tawa khasnya. Entah ada angin
apa, mataku tiba-tiba saja tertuju pada sesosok bidadari malam yang turun dari
kayangan he he , mengalihkan perhatianku dari pok Inem
ke gadis yang tengah berdiri sambil menuntun sepeda pedral warna merah fanta.
Gadis itu terlihat kelelahan mungkin saja ia selesai bekerja atau mungkin saja
ia anak mahasiswa . Ia terlihat ingin menyebrang, matanya tertuju
pada kendaraan yang berlalu lalang dan sesekali menoleh ke kanan dan kemudian
ke kiri. “ Rey lihat apaan sih ?” tanya Veren mengejutkanku. “ bukan apa-apa
kok he he”. Aku hanya bisa cengenegesan dan karena pesanan
kami sudah di kantongin kresek sama pok Inem, akhinya aku menyebrang dengan si
Dodit sama Veren. Saat aku lewat di depannya gadis itu hanya diam bahkan
menunduk, kesannya dia membuang muka pada kami, namaku bukan Reyhan kalau diriku tidak beraksi ha ha dan dengan segenap keberanian aku langsung
aja SKSD hehe “ Mau nyabrang ta Mbak ?”. ia menjawab “Iya” berbarengan dengan
suara si Dodit yang memintaku segera balik ke Kos “ bentar, ini loh nyabrangin
mbak nya”. Kataku terus terang. Diiringi dengan anggukan, akhirnya Dodit dan
Veren masuk kos terlebih dahulu, kini tatapanku mengarah ke gadis yang memiliki
pundak kecil tepat di hadapanku, entah kenapa tiba-tiba aku tersenyum sayangnya
dia tidak melihat senyumku. Padahal kata teman-temanku senyumku sangat menawan
ha ha. “ aku bawain sepedanya mbak” tawarku kemudian, dia sama sekali tidak
menoleh “ tidak perlu, makasih” jawabnya kemudian. Sedetik kemudian aku merasa
di abaikan, mungkin wajar saja sih kita memang tidak saling kenal. Syukurlah
jalanan sudah lumayan sepi, kami pun sudah berhasil menyebrang. “ hati-hati yah
mbak” kataku kemudian dan dia merespon dengan mengatakan “ terimakasih” yang
tentu saja ia tidak melihat wajahku ketika mengatakannya. Sialnya si Juki
tetangga warungnya pok Inem pake berdeham lagi “ Ehm ehm” aku kan jadi Salting
aku yakin pasti gadis itu juga mendengarnya, karena ia sempat menoleh ke si Juki.benar-benar
keterlaluan, si Juki yang sudah bapak-bapak di lihat, nah aku yang single gini
gak di lirik sama sekali..hmmm tapi sepertinya dia malu sama aku he he. yahh semoga saja aku bisa bertemu dengan gadis merah fanta itu lagi, because, posisi kos ku depannya
pertigaan he he, kali aja ada kisah " cinta bersemi di pertigaan" :) apa salahnya membuat kenangan ??
_To Be Continued_
please komentarnya ya ;)
BalasHapus